JAKARTA, SPB – Pertikaian antara Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Panjaitan saat berkunjung ke posko Tim Pencarian KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (2/7), sempat terlihat ribut dengan pegiat sosial Ratna Sarumpaet yang menyoal kelanjutan operasi pencarian korban KM Sinar Bangun di Danau Toba yang masih berjumlah sekitar 164 orang.
Pada pertikaian itu, Ratna Sarumpaet aktifis kelahiran Batak, awalnya menanyakan mengapa operasi pencarian dihentikan kepada Luhut. Akan tetapi ada nada jawaban tinggi dari Luhut, sehingga berujung percekcokan, yang ternyata diikuti oleh warga membela Lurut untuk menentang sikap Ratna tentang penolakan penghentian pencarian korban yang masih ada di kedalaman Danau Toba.
Ternyata Ratna kecewa jika pemerintah menghentikan operasi pencarian korban KM Sinar Bangun sehingga ia ingin mempertanyakan itu, yang kebetulan Luhut sedang berada dilokasi. Ratna berpendapat bahwa operasi pencarian itu jangan dihentikan karena masih dua minggu.
Pemerintah memiliki alasan bahwa penghentian dilakukan karena kendala medan, danau yang sangat dalam sehingga sulit dievakuasi dan pemerintah tidak mempunyai peralatan memadai buat mengangkat bangkai kapal dan jenazah korban.
Menurut Ratna itu hanya dalih pemerintah, persoalan terbesarnya adalah pendanaan. Ini adalah urusan kemanusiaan, untuk itu dirinya meminta agar seluruh jasad korban harus diupayakan diangkat, ujar Ratna.
Selain itu Ratna juga berpendapat bahwa Danau Toba adalah ikon di Sumatera Utara sebagai daerah pariwisata. Semua orang tidak boleh takut untuk datang ke situ, kwatir pola pikir orang-orang bisa saja mengarah ke rasa takut karena ada mayat yang belum dievakuasi di situ, jelas Ratna yang juga menerangkan bahwa dunia internasional sudah mengetahui hal ini dan akan membuat malu negera kita bila tidak bisa mengevakuasi korban.
Disisi lain, Sabtu, 30 Juni 2018, saat titik lokasi kapal sudah ditemukan, Basarnas mengaku belum memiliki alat untuk mengangkat kapal yang berada kedalaan 450 meter. Basarnas memerlukan tali yang lebih besar dan akan mendatangkan robot khusus dari Singapura yang dinilai memiliki kekuatan untuk memotong dan mengangkat bangkai kapal. Hal itu disampaikan Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Brigjen TNI Nugroho Budi Wiryanto pada keterangan persnya. Namun pihaknya tidak bisa memastikan kapan robot itu akan datang.
Selain kendala alat, arus di Danau Toba juga menjadi kendala karena sangat deras. Kontur danau juga tidak merata, jarak pandang kedalaman juga sangat terbatas, bahkan ROV pun juga tidak bisa melihat dengan jelas di semua area. Akan tetapi Nugroho pada waktu itu memastikan posisi mayat korban belum ada yang berubah, ada yang telentang dan tengkurap. Ia menjelaskan bahwa suhu di bawah sangat dingin sehingga jenazah tidak membusuk, kata Nugroho pada waktu Sabtu kemarin.
Perkembangan situasi saat ini berbeda, tampaknya proses pencarian dan evakuasi kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba pada tanggal 18 Juni lalu itu akan dihentikan. Karena sudah ada musyawarahkan antara Basarnas dengan pihak keluarga dan Bupati Simalungun Jopinus Ramli Saragih. Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Kantor SAR Medan, Budiawan, Senin (02/7) yang mengakui bahwa persetujuan semua pihak ditandai dengan tabur bunga bersama.
Sikap Luhut atas penghentian itu meminta maaf langsung menemui masyarakat dan mengakui ada kelalaian pemerintah akan peristiwa yang terjadi.
Dari informasi beberapa masyarakat yang dihubungi media ini memang ada perbedaan diantara keluarga korban. Ada yang menyatakan kalau bisa dicari sampai dapat walau hanya bajunya saja, dan ada juga yang mengatakan tidak masalah dihentikan karena kalau ketemu pun membuat kesedihan yang makin mendalam saat melihat keadaan tubuh yang tidak utuh lagi.
Penulis : denny hutagaol/redaksi.
Foto : Tabur bunga bersama. (ist)