X
 


Menteri Susi Ajak Masyarakat Gemar Ikan dan Ingatkan Pentingnya Menjaga Kelautan

SPB - Oct 06, 2018 00:33:29

PEKANBARU – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri acara Parenting Akbar dan Makan Ikan di Taman Ahsantum Al-Ihsan Boarding School, Riau pada Rabu (3/10). Sambutan Menteri Susi dibuka dengan pantun jenaka yang menghibur para peserta yang hadir.

 

“Nelayan melaut setiap hari, dapat ikan kakap dan tengiri, betapa riang hatiku hari ini, di Pekanbaru ketemu ustad dan para santri,” tuturnya. 

 

Dalam acara tersebut, Menteri Susi mengatakan, kegiatan makan ikan bersama, memang secara rutin dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama masyarakat. “Beberapa bulan lalu kita telah melakukan di Jawa Timur, bulan depan rencananya kita akan lakukan di Surabaya, Lombok, Probolinggo, Banyuwangi, Situbondo, Palu, dan beberapa tempat lainnya,” ujarnya. 

 

Menteri Susi optimis Kabupaten Riau dapat menjadi salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Ia pun mengenang Bagan Siapi-api di Sumatera Utara yang dahulunya merupakan salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Namun, ketika kapal-kapal illegal fishing masuk dan mulai menguasai perairan Indonesia, produksi ikan hasil tangkapan nelayan setempat menurun drastis. “Saya yakin ikan-ikan di Riau ini akan kembali lagi, jika penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan terus dilarang. Saya yakin akan jadi bandar ikan seperti Bagan Siapi-api,” ungkapnya. 

 

Dalam 20 tahun terakhir, lanjut Menteri Susi, laut Indonesia banyak didatangi kapal-kapal dari luar negeri untuk mengambil ikan. Tidak terasa pada tahun 2000-an banyak perusahaan berhenti karena jumlah ikan berkurang drastis. Hal ini juga disusul dengan menurunnya jumlah profesi nelayan. “Banyak nelayan di Pulau Jawa beralih profesi dan memilih datang ke Jakarta, karena ikannya habis. Hari itu kita semua tidak tahu kenapa ikan kita habis,” terang Menteri Susi.  

 

“Setelah saya menjadi Menteri dan melihat apa yang terjadi, rupanya tahun 2001 Pemerintah mengijinkan kapal asing untuk berganti bendera menjadi bendera Indonesia dan menangkap ikan di wilayah kita. Namun karena niat mereka datang adalah untuk mencuri, ijinnya satu kapalnya ada 10-20 kapal. Kapalnya itu besar-besar. Akhirnya jumlah (produksi) ikan kita menurun hingga beberapa juta ton saja,” tambahnya. 

 

Berbagai persoalan mengenai kelautan dan perikanan muncul, dan berujung pada terbongkarnya kasus illegal fishing yang menyeret kejahatan lainnya, seperti penyelundupan hewan-hewan langka, penyelundupan obat-obat terlarang hingga perdagangan manusia. 

 

“Indonesia ini negara yang besar dan penduduknya begitu banyak, masa dengan jumlah penduduk yang begitu banyak ini kita tidak bisa mengelola laut kita sendiri. Kita malah membiarkan kapal-kapal asing masuk mencuri ikan dan melakukan kejahatan lainya seperti penyelundupan narkoba, miras, dan binatang-binatang langka dari Indonesia,” jelasnya. 

 

Akhirnya pada 2016 lalu, Presiden Joko Widodo meneken Perpres nomor 44 yang melarang investasi asing masuk ke dalam industri perikanan tangkap. “Pemerintah sudah putuskan asing tidak boleh tangkap ikan Indonesia, sudah ada Pepres-nya. Kita harus jaga itu, karena mafia-mafia tidak akan pernah berhenti,” ujar Menteri Susi. 

 

“Dan presiden dengan komitmennya, akhirnya sudah ada 488 kapal yang ditenggelamkan,” tambahnya. 

 

Menteri Susi mengakui, meskipun sudah hampir empat tahun dirinya menjadi menteri dan banyak yang dilakukan, tapi masih banyak persoalan yang menjadi PR baginya, terutama menjalankan tiga pilar pembangunan, yakni kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan. Ia mengatakan, menjaga kedaulatan agar tetap ada, merupakan hal penting yang akan berpengaruh pada aspek keberlanjutan dan kesejahteraan. 

 

“Indonesia ini luar biasa. Tapi ada satu hal yang kita lupa. Kita telah gadaikan kedaulatan kita. Ini yang tidak boleh terjadi!” tegasnya. 

 

Menteri Susi pun mengingatkan kepada masyarakat yang hadir, agar tetap menjaga kedaulatan perairan Indonesia, dengan mengingatkan kepada sesama agar tidak menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. “Jika alat tangkap tidak ramah lingkungan tetap diperbolehkan, itu anak-anak ikan akan diambil. Ikan-ikan di laut itu tidak perlu kita kasih makan, Tuhan yang kasih makan. Kita syukuri nikmat Tuhan itu dengan menunggu ikan-ikan itu boleh diambil sesuai dengan ukuran dan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan,” jelas Menteri Susi. 

 

Menteri Susi juga menjelaskan bahwa pengaturan dalam menangkap ikan, akan membuat jumlah ikan lebih banyak. “Kita harus memberikan waktu ikan kita untuk beranak pianak, renewable namanya. Kita pikirkan masa depan, atau mau serakah hari ini lalu ikan kita habis,” jelasnya. 

 

Menteri Susi juga berharap, mengkonsumsi ikan dapat menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, tak hanya masyarakat pesisir, tapi juga masyarakat yang tinggal di kota dan pegunungan. Ia pun  berpesan kepada ibu-ibu yang hadir, agar selalu menyediakan menu ikan di rumahnya. “Ibu-ibu harus kasih makan anak-anak dari kecil itu ikan. Ikan juga lebih murah dari daging dan ayam. Ini bisa lebih hemat. Kalau tidak makan ikan nanti saya tenggelamkan. Tapi kata Pak Gubernur hari ini saya suruh ingatkan dulu. Tapi besok saya datang lagi, belum makan ikan, akan saya tenggelamkan,” ujar Menteri Susi sembari diiringi sedikit canda. 

 

Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) akan terus digencarkan, untuk mengajak masyarakat Indonesia selalu mengkonsumsi ikan. “Saya akan terus menerus berkeliling untuk mengkampanyekan Gemarikan. Kampanyekan untuk menjaga kedaulatan laut kita. Kita tidak boleh merusak laut kita sendiri apalagi sampai dicuri oleh asing. Daerah-daerah perbatasan harus kita perkuat dan kita jaga. Negara tanpa kedaulatan tidak bisa merencanakan dan berbuat apapun,” ujar Menteri Susi. 

 

“Karena negeri tanpa kedaulatan seperti kita tanpa harga diri, tanpa punya kehormatan,” tutupnya. 

 

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi menyampaikan rasa prihatinnya pada bencana yang menimpa Kota Palu beberapa waktu lalu. Ia pun menceritakan kesedihannya atas apa yang dilihatnya langsung saat berkunjung. Ia pun mengajak para hadirin mengirimkan doa bersama untuk para korban bencana.’

 

“Saya melihat kerusakan yang terjadi di Palu. Saya melihat mobil di atas rumah. Saya melihat kapal menyebrang jalan dan tengkurap di daratan. Setiap hari Basarnas dan BNPB menemukan mayat dari saudara-saudara kita. Saya harap bapak dan ibu semua bisa menyempatkan membaca doa untuk saudara-saudara kita disana,” ungkapnya. (Nanggar Ginting)