X
 


Kemenperin Perbaiki Kualitas Komponen V-Belt Motor Matik

SPB - Aug 26, 2018 11:29:42

SINARPAGIBARU, JAKARTA.

Tingginya penggunaan sepeda motor matik di dalam negeri mendorong Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta untuk melakukan penelitian dan pengembangan (litbang) terhadap salah satu komponennya yakni V-Belt, yang berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin ke roda.

Pengembangan v-belt semakin potensial dengan meningkatnya penjualan motor matik, hal itu merujuk pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor di tahun 2017 mencapai 5,8 juta unit. Dari total tersebut, sebanyak 4,5 juta unit atau 82 persen merupakan angka penjualan motor matik, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Kamis (23/8).

Menurut Ngakan, kualitas serat karet dan sifat reologi komponen v-belt perlu dimaksimalkan, untuk memacu daya saing produk otomotif nasional di tingkat domestik dan global.

Dalam pengembangan v-belt, BBKKP Yogyakarta bekerja sama dengan PT Bando Indonesia melakukan riset dengan mencoba beragam variasi perbandingan polimer Natural Rubber (NR) dan Compression Rubber (CR).

Selain itu, penggunaan akselerator dan sulfur juga dilakukan untuk menghasilkan karet dengansifat reologi yang baik sehingga mampu melekat dengan sempurna,”jelasnya. Penggunaan serat alam pada v-belt yang dihasilkan menjadikannya bersifat biodegradable, mudah diproses, tidak beracun, serta lebih ringan”, ungkap Ngakan.

Dengan melakukan modifikasi serat alam dan campuran serat sintetis, Ngakan meyakini, dapat dihasilkan formulasi terbaik dengan komparasi Parts per Hundred Rubber (phr) antara crumb rubber (CR)  – karet remah dengan Ribbed Smoked Sheet I (RSS I) yaitu 70:30.

Formula hasil penelitian ini juga telah diuji dan sesuai dengan standar JASO E-107. JASO E-107 merupakan standar untuk Automotive V-Belts and Corresponding V-Pulley Grooves - Shape and Dimensions yang dikeluarkan oleh Japan Automobile Standard Organization (JASO).

Potensi penyerapan serat alam didukung dengan luas areal perkebunan karet di dalam negeri yang mencapai 3,6 juta hektare dan produksi sebesar 3,6 juta ton pada tahun 2017. “Maka penelitian ini sangat berpotensi digunakan untuk mendukung program hilirisasi produk berbasis karet,” jelasnya.

Selain melakukan penelitian, BPPI Kemenperin melalui 11 Balai Besarnya juga memiliki tugas dan fungsi pokok untuk melayani pengujian, sertifikasi, standardisasi industri, dan pelayanan kalibrasi bagi industri di Indonesia.

 

Penulis: Nanggar Ginting/andi/redaksi.

Foto: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara. (ist)